BAB
II
ASAL
MULA KOTA PUTUSSIBAU
Dan
KEBUDAYAAN
DAYAK TAMAN
A. Folklore Asal Mula Kota
Putussibau
1.
Pengertian Folklore
Upaya yang ditempuh oleh para ahli dalam mencari dan
menemukan jejak-jejak sejarah masa lampau adalah melalui folklore (Wayan Badrika 2004 : 87).Folklore adalah tradisi kolektif
sebuah bangsa
yang disebarkan dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat, sehingga tetap berkesinambungan dari
generasi ke generasi (Dananjaya dalam Purwadi 2009 : 1).
Folklore meliputi dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan,
adat-istiadat, lagu, tata
cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Masing-masing merupakan milik
masyarakat tradisional secara kolektif. Perkembangan folklore mengutamakan
jalur lisan, dari waktu ke waktu bersifat inovatif atau jarang mengalami
perubahan (Purwadi 2009 : 1-2).
2.
Ciri Pengenal Folklore
Adapun
ciri-ciri folklore menurut Slamet (2011: 39)adalah sebagai berikut :
a. Diwariskan
kepada generasi muda secara lisan.
b. Bersifat
tradisional dan relatif tetap.
c. Bersifat
anonim.
d. Memiliki
bentuk yang sama.
e. Menjadi
milik bersama rakyat.
f. Ada
dalam versi berbeda-beda.
g. Mempunyai
kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
h. Pralogis,
yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
i. Bersifat
polos dan lugu sehingga seringkali kelihatan kasar dan spontan.
Folklore
dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Folklore
lisan.
Folklore lisan adalah folklore yang
diciptakan, disebarluaskan dan diwariskan secara lisan, seperti puisi rakyat,
bahasa rakyat, dan cerita rakyat.
b. Folklore
sebagai lisan.
Folklore sebagai lisan adalah
campuran antara unsur lisan dan non lisan. Seperti kepercayaan rakyat,
permainan tradisional, teater rakyat, pesta rakyat dan tarian rakyat.
c. Folklore
non lisan.
Folklore non lisan adalah folklore
yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan tidak secara lisan dan tertulis
tetapi melalui bentuk benda-benda hasil kebudayaan manusia. Bentuk-bentuknya
yaitu berupa
arsitektur tradisional, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan (Slamet
2011 : 39-42).
3.
Folklore Pada Sejarah Kota Putussibau
a.
Sejarah Kota Putussibau
Bukit-bukit
menjulang tinggi, burung-burung berkicau hinggap di ranting pepohonan,
ikan-ikan menari-nari di jernihnya air. Sungai dan anak sungai yang meliuk-liuk
bagai ular di tepi dan tengah hutan, gedung dan rumah-rumah dari papan
berjejer. Setiap pagi bau embun dan udara yang masih segar terasa menyejukan
paru-paru. Kesibukan orang-orang di kota ini tidak berbeda dengan kota-kota
lain. Kota yang terletak di hulu kapuas ini adalah kota Putussibau, kota yang
terkenal dengan penanggaran ikan arwana yang sering disebut masyarakat
Putussibau ikan silok.
Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas
Hulu mengadakan Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal
14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar
keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Penetapan Hari Jadi Kota Putussibau. Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu
pemerintah kolonial Hindia Belanda
. Pada mulanya, penduduk yang mendiami
Kota Putussibau adalah orang-orang Dayak Kantu’ dan Dayak
Taman. Masyarakat Dayak Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi
ke arah timur dan menetap di sebelah selatan Kota Putussibau, sedangkan
orang-orang Dayak Taman tinggal menyebar di Kota Putussibau. Orang-orang yang beragama Islam di
Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan yang memeluk agama
Islam”
Kota
Putussibau memiliki banyak kekayaan alam baik flora maupun fauna. Di
hutan-hutan putussibau banyak ditemukan berbagai jenis anggrek, di kota ini
juga banyak terdapat pohon karet yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk
selain mencari ikan di Sungai Kapuas. Meskipun demikian Kota Putussibau juga
mempunyai asal-usul mengapa dinamakan Putussibau.
Nama kota
Putussibau memiliki sejarah, mengapa dinamakan Putussibau? Tahukah anda? Nama
Putussibau menurut cerita berasal dari gabungan kata “Putus” dan “Sibau”.
Kata “Putus” yang dimaksud di sini adalah “memutus” dan kata “Sibau”
sendiri berasal dari nama salah satu sungai yang melewati Kota Putussibau.
Dinamakan Sungai Sibau karena daerah di kiri kanan yang dilalui Sungai Sibau
banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Daun dari
pohon/kayu sibau bisa digunakan sebagai bahan membuat tikar. Selain Sungai
Sibau, Kota Putussibau juga dialiri oleh Sungai Kapuas yang merupakan sungai
terpanjang di Indonesia.
Wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan demikian karena di kabupaten inilah
yang menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau
telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau sehingga
dikatakan Putussibau.
Menurut
cerita rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari nama
“Sibau” yang merupakan jenis pohon/kayu Sibau. Pohon Sibau sendiri mempunyai
buah yang bentuknya seperti buah rambutan. Biasanya buahnya akan berasa asam
kalau rambut buahnya pendek-pendek dan berasa manis kalau rambut buahnya
panjang-panjang. Daun pohon Sibau biasa digunakan sebagai bahan pewarna merah
pada tikar. Dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai, pohon
Sibau tersebut tumbang ke sungai sehingga menghalangi aliran Sungai Sibau dan
dari peristiwa itulah masyarakat menamai daerah itu dengan nama Putussibau.
Putussibau
pada masa sekarang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang berada di
wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak terlepas dari
adanya pemerintahan tradisional sejak zaman dahulu hingga pemerintahan modern
sesudah masuknya bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Kolonial Belanda.
Putussibau
sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama daerah
yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Di antara nama-nama daerah selain
kota Putussibau yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang sejak zaman
dahulu telah ada ialah Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan
lain-lainnya. Nama-nama daerah tersebut zaman dahulunya merupakan nama-nama
kerajaan yang ada di wilayah Kapuas Hulu.
Pada
perkembangannya daerah-daerah tersebut di atas menjadi wilayah-wilayah
kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kota Putussibau
sendiri terbagi menjadi satu wilayah Kecamatan yaitu Putussibau Utara dan lima
belas Desa/Kelurahan. Ketika menyusuri kota yang berada di hulu Kapuas ini,
anda bisa berkunjung ke sebuah danau yang bernama Danau Sentarum, anda juga
bisa menikmati makanan khas daerah Putussibau yaitu kerupuk basah.
b.
Cerita Asal Mula Kota Putussibau
Salah
satu folklore yang paling banyak wujudnya ialah cerita prosa rakyat atau lebih
dikenal dengan “Cerita Rakyat”.
Berikut
ini adalah sebuah cerita rakyat yang cukup terkenal di daerah kabupaten Kapuas Hulu
kalimantan barat, yakni yang
dikenal dengan nama asal mula Putussibau.
Putussibau adalah
sebuah kecamatan diKabupaten Kapuas Hulu,Kalimantan Barat,Indonesia. Putussibau,yang sekaligus sebagai ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu,dapat ditempuh lewat
transportasi
Sungai Kapuas sejauh
846 km dan lewat jalan darat sejauh 814km
dari Pontianak ,ibu kota Kalimantan Barat.Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu
Daerah Tingkat II di propinsi Kalimantan
Barat. Memiliki luas wilayah 29.842 km²,dan berpenduduk 186.318
jiwa (2002).Kota ini terletak di huluSungai Kapuasyang
memiliki panjang 1,143 kilometer,dan56 persen dari luas wilayah kabupaten ini
adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional dan
hutan lindung.(Coordinates: 0°51'58"N 112°55'28"E)Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni
1895,sewaktu pemerintah kolonial Hindia
Belanda menempatkan seorang
Controleur di wilayah Boven Kapuas
bernama L.C.Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau.Wilayah Boven
Kapuas sendiri
merupakan salah satu onderafdeeling dari
Residen Sintang.
Berdasarkan landasan
historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas Berdasarkan
landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang
membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di
Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota
Putussibau.
Pada
mulanya, penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang-orang Dayak Kantu’
dan Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi
ke arah timur dan menetap di sebelah selatan Kota Putussibau, sedangkan
orang-orang Dayak Taman tinggal menyebar di Kota Putussibau. Orang-orang yang
beragama Islam di Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan
yang memeluk agama Islam.
1). Asal Mula Kata Putussibau
Nama Putussibau menurut cerita rakyat yang berkembang di Kota Putussibau berasal dari gabungan kata “putus” (memutus atau memotong) dan ‘Sibau” (nama sungai yang membelah kota Putussibau). Sungai Sibau dinamakan demikia karena daerah di kiri kanan yang dilalui sungai Subau banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota Putusibau juga dialiri Sungai Kapuas yang merupaan sungai terpanjang di Indonesia.
Nama Putussibau menurut cerita rakyat yang berkembang di Kota Putussibau berasal dari gabungan kata “putus” (memutus atau memotong) dan ‘Sibau” (nama sungai yang membelah kota Putussibau). Sungai Sibau dinamakan demikia karena daerah di kiri kanan yang dilalui sungai Subau banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota Putusibau juga dialiri Sungai Kapuas yang merupaan sungai terpanjang di Indonesia.
Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu
sendiri dinamakan demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai
Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai
Sibau yang membelah Kota Putussibau sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita rakyat lainnya, bahwa munculnya nama
Putussibau berasal dari kata “Sibau” yang merupakan jenis pohon/kayu Sibau yang
buahnya seperti buah rambutan. Daun pohon ini dapat digunakan sebagai bahan
pewarna pada tikar. Diceritakan dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar
ditepi sungai. Pohon Sibau tersebut tumbang menghalangi aliran sungai, dan dari
peristiwa itulah masyarakat menamakan daerah itu dengan nama putussibau.
2). Asal Mula Penduduk Putussibau
Pada mulanya penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Daya Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang berimigrasi ke timur. Orang-orang Dayak Kantu’ tinggal di sebelah selatan Kota Putussibau. Sedangkan orang Dayak Taman tinggal di daerah hilir di kampong Teluk Barat. Setelah berimigrasi ke Putussibau, banyak dayak Taman yang memeluk agama Islam. Selain dua suku tersebut, ada pula Suku Kayan yang menetap di daerah Kedamin. Suku Kayan ini juga banyak yang memeluk Islam.
Pada mulanya penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Daya Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang berimigrasi ke timur. Orang-orang Dayak Kantu’ tinggal di sebelah selatan Kota Putussibau. Sedangkan orang Dayak Taman tinggal di daerah hilir di kampong Teluk Barat. Setelah berimigrasi ke Putussibau, banyak dayak Taman yang memeluk agama Islam. Selain dua suku tersebut, ada pula Suku Kayan yang menetap di daerah Kedamin. Suku Kayan ini juga banyak yang memeluk Islam.
Sebelum kedatangan Bangsa Belanda,
suu-suku Dayak ini membentuk pemerintahan tradisional sendiri yang mengatur
wilayahnya masing-masing. Pada abad ke-19 Masehi mereka termasuk dalam wilayah kerajaan
selimbau
3). Potesi Wisata dan Peninggalan
Sejarah Di Kota Putussibau
a). Potensi Wisata
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah tujuan wisata di propinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas yang masih terpelihara alamnya, budaya dan kearifan tradisional masyarakat. Terdapat dua kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional yaitu Betung Kerihu dan Danau Sentarum. Potensi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu selain ditunjang oleh bentang alam yang indah juga ditunjang oleh keunikan budaya yang ada.
a). Potensi Wisata
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah tujuan wisata di propinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas yang masih terpelihara alamnya, budaya dan kearifan tradisional masyarakat. Terdapat dua kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional yaitu Betung Kerihu dan Danau Sentarum. Potensi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu selain ditunjang oleh bentang alam yang indah juga ditunjang oleh keunikan budaya yang ada.
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
melalui Dinas Pariwisata dan kebudayaan telah mengambil kebijakan dengan
membagi empat wilayah yaitu: bagian Timur Kapuas Hulu, Barat , Utara, dan
Selatan Kapuas Hulu.
Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk mempermudah pengembangan program pariwisata berkenaan dengan kelompok-elompok atraksi yang ada, sehingga pengembangannya dapat terkonsentrasi berdasarkan kelompok masing-masing wilayah tersebut.
b). Peninggalan Sejarah
Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa Situs Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah Mayat (Kulambu) Semangok II yang terletak di Kecamatan Putussibau Utara. Kedua peninggalan sejarah tersebut telah terdaftar sebagai benda cagar budaya.
Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk mempermudah pengembangan program pariwisata berkenaan dengan kelompok-elompok atraksi yang ada, sehingga pengembangannya dapat terkonsentrasi berdasarkan kelompok masing-masing wilayah tersebut.
b). Peninggalan Sejarah
Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa Situs Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah Mayat (Kulambu) Semangok II yang terletak di Kecamatan Putussibau Utara. Kedua peninggalan sejarah tersebut telah terdaftar sebagai benda cagar budaya.
B.
Asal
Mula Daya Taman Dalam Cerita Rakyat
A. Cerita Kejadian Manusia Pertama
Orang
taman,sebagaimana juga orang daya lainnya sepanjang yang diketahui sampai kini
tidak mempunyai tulisan sendiri dan baru mulai mengenal tulisan setelah adanya
sekolah misi Katolik. Oleh karena itu, sejak dulu yang bersifat sejarah dan
adat yang hidup disampaikan secara lisan dalam bentuk cerita dari generasi ke
generasi berikutnya, dari kakek/ nenek kepada cucunya atau orang tua kepada
anak – anaknya. Dalam cerita rakyat yang diketahui oleh pada umumnya orang
Taman di ceritakan bahwa setelah Alaatala’ menciptakan (manyunyua) langit dan
bumi serta berbagai isinya, Alaatala menungaskan memberi kuasa pada Sampulo
untuk membuat manusia sesuai dengan gambaran
diri pribadi Sampulo dan mengajar manusia tentang hidup. Menurut orang
taman, Alaatala itu panyunyua, artinya hanya dengan kehendaknya segala sesuatu
terjadi seketika tanpa bahan dan alat. Dia berupa roh kekal dan dianggap
sebagai sumber keselamatan bagi manusia. Tidak ada persembahan terhadapnya,
kecuali doa untuk meminta agar hidup hidup selamat, terhindar dari penyakit dan
marabahaya, juga merupakan tingkatan akhir dan tertingi ketika manusia memohon
keselamatan. Persemabahan sesajen dilakukan, misalnya terhadap roh – roh halus
yang dianggap sebagai dewa – dewi dan leluhur saja, bukan terhadap Alaatala.
Kepercayaan terhadap Alaatala ini menurut orang taman sudah ada jauh sebelum
kedatangan agama Hindu, Budha, Islam, Katolik dan Protestan.
Sebelum
Sampulo melaksanakan tugas ia merasa perlu mempunyai teman untuk membantunya.
Unutk itu, dia menoreh sedikit tangannya hingga berdarah. Darah itu dikibas
dari tangannya dan seketika itu juga muncul seorang laki – laki yang tampan
bernama Kunyanyik yang di anggap sebagai suami dari Sampulo. Orang taman
biasanya menyebut piang Sampulo dan bai
Kunyanyik. Sampulo turun kebumi di suatu taman yang sangat indah penuh dengan
berbagai macam bunga dan pohon buah – buahan. Di taman itulah sampulo bersama
suaminya membuat manusia pertama berpasangan, yaitu seorang laki – laki dan
perempuan. Di sekitar taman itu terdapat tanah subur dengan berbagai macam
tumbuh – tumbuhan dan di situ juga hidup berbagai macam hewan. Mereka memilih
tempat itu agar manusia pertama dan ketuturannya senang tinggal di daerah itu
tidak kekurangan makanan. Untuk beberapa lamanya Sampulo dan Kunyanyik hidup
bersama dengan pasangan manusia pertama untuk mengajar mereka tentang adat tio’, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya hidup dijalani oleh manusia selama hidup dibumi dan
setelah meninggal. Setelah itu Sampulo dan suaminya kembali ke langit lapisan
delapan, tetapi mereka tidak pernah menyebut menyebut masing – masing dari
lapisan langit tersebut. Yang masih mereka ingat hanya lapisan langit pertama
sampai lapisan ketiga yaitu suan, suan
selo , dan suan badulang. Tempat yang indah yang disebut dalam cerita ini
adalah terletak di bagian hulu Sungai Kapuas sebelah kanan mudik dan di
perkirakan antara Sungai Balang dan Riam Balunkaan ( riam ini dikenal juga
dengan nama “ Riam Pampit Nasi” ). Ditempat inilah Sampulo dengan dibantu oleh suaminya melaksanakan tugas membuat
pasangan manusia pertama itu.
Yang
terakhir diajarkan oleh Sampulo dan suaminya adalah kehidupan kekal sumangat ini terbagi menjadi dua bagian.
Pertama, tempat kebahagian abadi penuh suka cita dalam ruang yang indah
gemerlapan. Kedua, tempat kesengsaraan abadi penuh pertengkaran dan perkelahian
dalam ruang yang kotor.
Yang
mengadili dan menempatkan sumangat seseorang
yang telah meninggal dunia masuk ke salah satu tempat abadi itu adalah Iyangsuka makhluk ciptaan Alaatala yang
bersifat roh berupa manusia. Menurut beberapa informan, terutama dari Baromas
Jabang Balunus salah seorang tokoh daya, yang bersangkutan adalah Daya Taman
bahwa berbagai tempat penting yang harus dilewati atau disinggahi oleh sumangat orang yang baru meninggal
antara lain sebagai berikut.
a.
Tingkado’an
sumangat tu mate, artinya tempat sumangat orang meninggal melompat dari perahunya kedaratan untuk
memulai perjalanan menghadap Iyangsuka menuju
tempat tinggal abadi.
b.
Kemudian sumangat harus menyeberangi danau kambugain dengan memakai peti mayat sebagai perahu.
c.
Setelah itu, sampai ditempat yang
disebut Paembangembangan Pana’napisan.
d.
Selanjutnya, sampai di Batang Sapali sebuah gelondongan kayu
(batang) yang melintangi jalan seperti ular dapat menegecil dan membesar.
e.
Dari situ sumangat pergi kebukit tilung
dan mendaki sampai kepuncaknya.
f.
Setelah sampai ke puncak bukit Tilung menuju tempat Dom Sampung, yaitu suatu tempat yang
gelap gulita (Dom = gelap, sampung =
sementara).
g.
Kemudiaan menuju Pondo’an Bunga suatu taman yang penuh
dengan berbagai jenis bunga yang indah dan harum baunya.
h.
Dari taman bung in i menuju tempat piang parukruk ulu, yaitu seorang nenek
tua yang kerjanya setiap hari adalah menenam berbagai tanaman seperti tebu,
keladi, ubu kayu, dan ubi rambat untuk memberi makan setiap Sumangat sebab di
tempat ini sumangat sudah lapar dan haus.
i.
Setelah itu, sumangat menuju tempat
piang parapak ku’kurak (parapak= orang
menyiangi,ku’kurak = kura- kura), seorang nenek yang mau kerja keladang.
j.
Dari parapak Ku’kurak pergi ketempat piang
sinsiung amas seorang nenek yang mempunyai kebun buah – buahan tidak jauh
dari rumahnya. Piang siung amas ini
diberi kuasa oleh Alaatala untuk
menyuruh sumangat meneruskan
perjalanannya melalui jalan cabang kiri jalan kematian atau menyuruh sumangat
kembali melaalui cabang jalan kehidupan seperti pada cerita percintaan Sulingbunyo dan Bungaelo ini.
k.
Sumangat
yang disuruh mengikuti jalan cabang kiri itu
mula – mula sampai ke tempat Palelentean
Uwe Sa, yaitu suatu titian dari seutas rotan (uwe).
l.
Akhirnya, sumangat sampai dirumah panjang soo
tempat iyangsuka tinggal.
Ditempat ini ramai oleh sumangat orang
makan minum bersama, bergembira menyambut kedatangan sumangat orang yang baru meninggal.
m.
Benua
So’soak dan Banua
Ti’asu. Kedua tempat ini merupakan tujuan terakhir perjalanan sumangat dari orang meninggal.
B. Asal Usul Orang Taman
Dalam
cerita rakyat dikatakan bahwa dari keturunan Idi’ilangilangsuan dan Tinak (
yang dianggap nenek moyang umat manusia) yang sudah begitu banyak setelah
sekian lama manusia hidup didunia ini terdapat di antaranya sepasang suami
istri, yaitu Sapinangsalowe dan Indusia’ ini di anggap oleh orang Taman sebagai
awal mula adanya orang Taman atau dengan kata lain nenek moyangorang Taman.
Oleh karena itu, orang Taman menyebut mereka dengan sebutan kakek (bai’) dan
nenek (piang). Mereka mempunyai delapan orang anak terdiri dari tujuh orang
laki – laki dan satu orang perempuan. Keluarga ini termasuk yang selamat,
karena membuat rakit ketika terjadi bencana alam berupa air bah yang menutupi
permukaan bumi bahkan gunung – gunung tinggi juga tertutup air ( rabon aek ).
Bai’ SapinangSalowe itu orang pintar tahu melihat pertanda alam. Disamping itu,
ia diberi Alaatala kemampuan untuk meramal berbagai peristiwa penting yang akan
terjadi. Oleh karena itu, sebelum air bah datang, ia sudah mengetahui bahwa
akan terjadi air bah datang, ia sudah mengetahui akan terjadi iar bah dan ia
sudah menyiapkan rakit besar sebelum terjadi air bah. Ia memberi tahukan pada
orang bahwa kemungkinan dalam waktu dekat akan terjadi banjir besar dan
mengajak untuk membuat rakit. Akan tetapi ia diejek dan dianggap melakukan
perbuatan sia – sia saja. Ia tidak ambil peduli dengan pembicaraan orang –
orang yang menggangapnya sebagai orang aneh, sebab ia yakin akan terjadi banjir
besar yang menyusahkan manusia. Pada saat air bah datang, semua binatang
peliharaannya, berbagai tanaman dan semua bahan makan sudah dinaikkan kedalam
rakit dan mereka juga naik kedalam rakit menyelamatkan keluarga itu. Ketika air
surut kembali, ternyata mereka tidak lagi berada ditempat mereka dulu pernah
tinggal,karena selama air bah itu mereka terbawa oleh arus dan angin. Mereka
dan rakit pada air surut kandas disuatu tempat yang sekarang ini disebut
Sekadau. Di daerah Sekadau tersebut
ada sebuah anak sungai yang dinamakan Sungai Taman,anak sungai Kapuas.
Dinamakan demikian untuk mengenang bahwa tempat itu adalah tempat dimana
pertama orang Taman setelah air bah. Sapinangsalowe membuat perumahan di
pinggir yang sekarang dinamakan sungai taman. Orang Taman dulu memang pernah tinggal disekitar Sungai
Tamandaerah sekadau, kemudian terdesak oleh pendatang orang melayu dan juga
orang cina kepedalaman daerah Kapuas Hulu. Orang melayu datang untuk menyebar
agama islam, berdagang dan bercocok tanam. Sedangkan orang Cina datang untuk
berdagang dan bercocok tanam. Orang Melayu dan orang Cina berusaha untuk
menguasai berbagai tempat yang potensial pertumbuhan ekonomi di sepanjang
pantai dan pinggir sungai yang bertanah subur, tempat banyak barang tambang dan
banyak ikan. Di beberapa daerah tempat orang Taman pernah bermukim masih
terdapat peninggalan berupa bekas tiang rumah panjang dan pohon buaah – buahan.
Misal didalam tanah Sula dalam wilayah Bika’masih terdapat peninggalan berupa
tiang rumah panjang di tengah – tengah danau Sula untuk pertahanan dari
serangan musuh. Bika’ terletak 17 km dari Putussibau melalui jalan darat.
Menurut orang Taman nama Bika’ berasal dari sebutan orang Taman, yaitu baika’,
artinya kakek kita. Sebutan itu untuk menunjuk bahwa dulu orang Taman pernah
bertempat tinggal di daerah itu. Kemudian disebuah pulau kecil di nanga Sungai
Sibau terdapat banyak pohon buah – buahan peninggalan orang Taman pada saat
bertempat tinggal di daerah itu.
Kampung
Banuasio, Sauwe, Samangkok, Malapi, Ingkoktambe, Sayut dan Uranguansa merupakan
kampung tempat tinggal menetap orang
Taman sekarang ini. Kapan menetap tinggal dikampung itu tidak diketahui dengan
pasti. Yang dapat diketahui adalah sebelum pemerintahan kolonial Belanda di
daerah Kapuas Hulu, orang Taman yang lain, yang kemudian lebih sering disebut
dengan ‘nama sungai’ mereka tinggal sebagai pengenal nama suku, tersebar di
sepanjang Sungai Embaloh, Lauk, Palin, Leboyan, Mandai, Kalis, dan Paniung.
Kembali
dengan cerita Sapinangsalowe, setelah membuat rumah, menanam berbagai tanaman
dan menncarikan tempat ternak, kemudian bersama tujuh orang anak laki – laki
merantau (manamowe) berkeliling dunia selama puluhan tahun. Dalam cerita
dikatakan bahwa mereka meratau sampai ke pinggir langit (ka’kapi’suan). Dalam
perjalanan mereka terlindung panas matahari dan hujan karena selalu di ikuti
oleh Anaklalung (disebut juga dengan Lindap), yaitu sekelompok awan gelap yang
berada tidak jaug dari kepala mereka. Setelah mereka memperoleh banyak barang
seperti pakaian, perhiasan dan peralalatan rumah tangga barulah mereka kembali
ke kampung. Kemudian semua barang hasul mereka merantau itu oleh Sapinangsalowe
dibagikan kepada delapan anaknya. Anak perempuan satu – satunya bukan hanya
mendapat barang tetapi juga mendapat Anaklalung untuk melindunginya dari panas
dan hujan pada saat ia bekerja diladang. Hal itu membuatnya tambah rajin, ulet
dalam bekerja dan tambah cantik sampai saat menjadi tua. Dengan demikian
walaupun anak perempuan tidak pergi merantau seperti laki – laki, ia dapat
membeli berbagai keperluan hidup dengan hasil ladang yang ia peroleh.
Dari
sekian banyak harta yang sangat berharga, yaitu sebuah buku yang berisi ajaran
adat hidup ( adat’tio) yang berasal daripiang Sampulo dan Bai Kunyanyik. Buku
itu dibungkus dengan bagian ujung cawat yang dipakai Sapinangsalowe. Pada waktu
ia berenang menjadi basah dan hancur seperti bubur. Ia berusaha untuk
mengembalikan buku itu dengan menjemur buku itu,tetapi ketika buku yang sudah
hancur itu mulai kering tiba – tiba bertiup angi kencang menerbangkan lembaran
buku – buku yang tidak utuh lagi itu dan pada saat itu juga menjelma menjadi
burung. Karena itu, orang Taman percaya bahwa ada burung yang dari arah terbang
atau suara dianggap sebagai petunjuk baik dan buruk kepada manusia tentang
hasil atau akibat dari suatu pekerjaan.
Cerita
tentang Sapinangsalowe dan Indusia’ ini menunjukkan bahwa orang taman menyadari
bahwa setiap suku bangsa memounyai sejarah masing – masing termasuk Taman
sendiri. Pesan yang terkandung dalam cerita ini antara lain perlunya persiapan
untuk menghadapi berbagai hal yang akan terjadi. Diperlukan sikap kecintaan
tidak saja kepada diri sendiri, tetapi semua orang termasuk hewan dan tumbuh –
tumbuhan sebagaimana dilakukan oleh Sapinangsalowe yang merantau
(manamowe) jauh bersama ketujuh anak
laki – lakinya merupakan pengajaran bagi laki – laki orang Taman untuk juga
pergi merantau.
Setelah
orang tua kedelapan bersaudara itu meninggal, mereka kehilangan pemimpin dalam
kehidupan bersama mereka. Ternyata delapan bersaudara itu , yaitu Tali adik
beungsu mereka, mereka sanagt berambisi menjadi pemimpin sebagai pengganti
orang tuanya. Sebagai adik bungsu, ia begitu disayangi oleh saudara –
saudaranya yang sering mengalah untuk memenuhi keinginannya. Untuk mewujudkan
ambisinya itu, ia mengajak saudara – saudaranya menuba ikan disebuah danau yang
cukup jauh dari rumah dari orang tua
mereka tempat mereka tinggal. Tidak ada yang tidak setuju karena musim kemarau
air danau dalam keadaan dangkal dan saat yang sanhggat tepat untuk menuba ikan.
Sesampai mereka di danau mereka langsung menuba dan ikan nya sangat banyak
sekali. Menjelang malam hari si bungsu mengajak saudara – saudarnya membuat
pondok kecil untuk tempat mereka berlindung dimana hujan turun. Namun ajakan si
bungsu di tertawakan oleh saudara – saudaranya sebab tidak ada sama sekali
tanda – tanda hujan turun. Sambil bergurau mereka menunjuk ke langit biru bahwa
langit biru itulah atap mereka,sambil terus mengumpulkan ikan. Ternyata si
bungsu membuat pondok juga walaupun saudara – saudaranya memandang tidak perlu
membuat pondok. Setelah pondok selesai bilamana hujan turun akan ada seseorang
yang masuk kepondok tersebut berarti bersedia di pimpin oleh Tali. Karena tidak
ada melihat tanda – tanda cuaca buruk dan si
bungsu juga tidak sungguh dengan apa yang dikatakannya dan semuanya
menyetujui pernyataan itu. Saudara – saudaranya ini tidak mengira sama sekali
bahwa Tali licik dan memang ingin menjadi pemimpin. Si bungsu merendam batu
keramat (batu barani) peninggalan ayah mereka pada waktu hari mulai gelap tanpa
setahu saudara – saudaranya. Batu keramat itu kalau direndam akan membuat cuaca
menjadi sangat buruk. Tidak lama kemudian hujan lebat disertai angin kencang ,
petir dan guntur. Karena cuaca buruk dan hari pun sudah malam mereka tidak bisa
kembali kerumah dan tidak dapat membuat pondok untuk tempat berlindung. Mula –
mula mereka bertahan diluar karena mereka baru tahu bahwa tali benar – benar
dengan peryataannya. Akan tetapi Tan sebagai saudara tertua mengajak dan
berunding dengan saudara lainnya untuk masuk ke pondok Tali terutama kasihan
terhadap saudaranya yang perempuan. Pulok tidak setuju dengan ajakan Tan karena
persyaratan yang dibuat Tali itu di anggap tidak patut. Seharusnya dan yang di
anggap patut sebagai pemimpin adalah Tan saudara tertua mereka. Oleh karena
itu, ia tetap bertahan diluar di pinggir pondok . yang lima orang mengikuti
saja ajakan Tan dan bergabung dengannya karena taat pada saudara tertua dan
menggangapnya sebagai pemimpin. Akan tetapi dengan begitu mereka terjerat oleh
pernyataan Tali dan dengan demikian Tali lalu menjadi pemimpin mereka semua,
kecuali terhadap pulok. Pada malam itu juga Tali mengajak saudaranya menghitung
bintang di langit di muali dari yang tertua berurutan. Mereka juga setuju
dengan anggapan ini karena dianggap lucu dan menyenangkan. Sebelum itu Tali
engambil batu keramat yang direndamnya dan seketika itu cuaca menjadi baik,
bintang dilangit kelihatan sangat jelas. Mereka membuka sabagian atap pondok
agar dapat melihat dengan jelas kelangit. Mereka menerima saja kekalahan dalam
menghitung bintang, kecuali Tali karena pada saat gilirannya hari hampir subuh
(anada uko) dan bintang yang masih terlihat masih sedikit. Mereka menerima saja
kekalahan dengan maksud supya adik bungsu mereka senang, walaupun mereka tahu
bahwa bintang banyak itu sudah tidak kelihatan lagi karena sudah mulai terang.
Rupanya, kemenangan yang dihitung oleh Tali untuk memperkuatnya jadi pemimpin
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/webseries-lost-in-jakarta-serunya.html
BalasHapushttp://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/di-dunia-orang-indonesia-yang-paling.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/tak-disangka-ini-6-keuntungan.html
http://beritamurnivip99.blogspot.com/2017/11/kurang-tidur-justru-menjauhkan-dari.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523