BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Prilaku
bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru. Bukan
semata- mata
prilaku itu destruktif atau menganggu proses pembelajaran melainkan suatu
bentuk prilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
kerjasama dengan teman merupakan prilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar
peserta didik, dan hal itu merupakan prilaku bermasalah. Guru hendaknya
menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang
karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.
Murid
SD
merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap masalah individu merupakan
penanganan ynag berbeda. Teknik- teknik membantu murid bermasalah memberikan
wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.
Pendekatan
bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada prilaku murid
bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah- masalah yang berkaitan dengan
karakteristik perkembangan murid.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?
2.
Apa
saja jenis- jenis perilaku bermasalah?
3.
Apa
bentuk- bentuk perilaku bermasalah?
4.
Bagaiman
teknik membantu murid bermasalah?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah.
2.
Untuk
mengetahui apa saja jenis- jenis perilaku bermasalah.
3.
Untuk
mengetahui apa saja bentuk- bentuk perilaku bermasalah.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana teknik membantu murid bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Jenis Perilaku Bermasalah
Dalam
pendekatan bimbingan perkembangan, guru dimungkinkan untuk memberikan layanan
bimbingan, guru membantu seluruh murid. Namun sekali telah memberikan bantuan
terhadap seluruh murid, ada saja murid yang berperilaku bermasalah.
Guru
perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah”
biasanyanya tampak di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
Memahami perilaku bermasalah mengandung
arti
bahwa guru harus lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan
faktor di dalam lingkungan pesesrta didik dengan penampilan perilaku peserta
didik disekolah.
Pada
dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah- masalah emosional dan penyesuaian
sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah
yang kronis. Kiranya kita dapat mengaatakan bahwa “peserta didik bermasalah” ialah seseorang yang memiliki
masalah lebih banyak atau lebih mendalam yang menjadikan ia menderita
karenanya.
Terhadap
peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru
memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan
dalam bentuk hukum fisik. Cara lain atau pendekatan seperti ini seringkali
tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan
kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku bermasalah, bagaimanapun,
bukanlah tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang
pekerjan- pekerjaan
psikologis (konselor dan ahli psikologis). Sekalipun demikian pemahaman
terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan
guru.
Perilaku
bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata
perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku
agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan
teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang
bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan dia menampakkan perilaku
bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
B.
Bentuk-
Bentuk Perilaku
Bermasalah
Salah
satu kesulitan perilaku bermasalah adalah karena perilaku tersebut tampil dalam
perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini
disebut “mekanisme pertahanan diri” yang disebabkan oleh karena peserta didik
menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya
adalah bentuk ketegangan psikologis sebagai akibat dan ketidakpuasan dalam
pemenuhan kebutuhan. Disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku
tersebut, individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang
menghindar dari situasi ketegangan.adapun bentuk- bentuk perilakunya yaitu
sebagai berikut:
1.
Rasionalisasi
Mekanisme
perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk memberikan penjelasan atas
perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak biasanya cukup
logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang didasarkan bukan merupakan
penyebab nyata karna sebenarnya individu bermaksud
menyembunyikan latar belakang perilakunya.
2.
Sikap Bermusuhan
Sikap
ini tampak prilaku agresif menyerang, menganggu, bersaing, dan mengecam
lingkungan.
3.
Menghukum Diri Sendiri
Perilaku ini
tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kasalahan atau
kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak
akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti
ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
4.
Perilaku represi
Represi didefinisikan sebagai upaya
individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan, konflik batin, mimpi buruk,
krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Individu
berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
5.
Konformitas
Perilaku ini
ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap
harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya
akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial
dan ketergantungan yang tinggi.
6.
Sinis
Perilaku
sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam
kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir atas penilaian orang
lain terhadap dirinya.
Semua perilaku diatas memiliki karakteristik menolak,
memalsukan, atau mengacaukan kenyataan dan dilakukan tanpa menyadari latar
belakang perilaku tersebut. Pola perilaku ini dipelajari, yang cenderung kepada
pengurangan kecemasan dan bukan mmecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab
kecemasan itu.
C.
Teknik
Membantu Murid Bermasalah
Bagi guru Sekolah Dasar yang berperan sebagai guru
kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku
bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat
memeperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran
dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang
sehat. Adapun caranya yaitu:
1.
Memanfaatkan
pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru
dapat bekerja sama dengan konselor sekolah, jika disekolah tersebut sudah ada
konselor (guru pembimbing).
2.
Memanfaatkan
pendekatan- pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Guru dapat
menggunakan metode- metode yang bervariasi yang memungkinkann peserta didik
mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok seperti sosiomerti, diskusi, dan
bermain peran.
3.
Mengadakan
konferensi khusus dengan melibatka para guru dan atau orang tua murid yang
bertujuan menemukan alternative pemecahan bagi kasus.
4.
Menjadikan
segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluaisi di sekolah
seyogyanya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu
memerhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Walaupun hasil evaluasi
kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.i
bagian terpadu dari bahan ajar yang harus disajikan guru.
5.
Menaruh
kepedulian khusus terhadap faktor- faktor psikologis yang perlu dikembangkan
dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang
juga harus mendapat perhatian dari guru , perilaku bermasalah ini tidak hanya
dapat menganggu dalam proses pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman dan merupakan
perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik. Sehingga guru harus
memeperhatikan setiap peserta didiknya. Perilaku bermasalah ini umumnya timbul
karena peserta didikmenghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya sehingga
muncul perikalu yang berupa menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan.
Peserta didik cenderung melakukan pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan
masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu.
B. Saran
Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap
interaksi antara para peserta didik dan faktor dari dalam lingkungan peserta
didik dengan perilaku pesera didik dikelas. Terhadap peserta didik yang
berperilaku bermasalah guru harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi
penyebab tearjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan kemudian guru dapat
mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental
peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo
Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di
Sekolah Dasar.Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar